TAK DIJAGA, 500 BISA JADI 500.000 SUARA

Ketua KPU Husni Kamil Manik dan Kepala Lembaga Sandi Negara Mayjen TNI Dr. Djoko Setiadi usai penandatanganan MoU kedua lembaga. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) menyatakan amat penting melindungi data pemilu. Soal proteksi data itulah yang membuat Lemsaneg digandeng Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam menyelenggarakan Pemilu 2014. Kedua lembaga sudah menandatangani nota kesepahaman soal pengamanan data pemilu.

“Bayangkan kalau data perolehan suara tak dijaga. Data itu bisa diubah, dan dampaknya mengerikan sekali. Meskipun perolehan suara misalnya banyak, bisa dihapus,” kata Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Dr. Djoko Setiadi kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 2 Oktober 2013.

Sebaliknya, ujar Djoko, perolehan suara dalam bentuk digital juga bisa ditambah sesuka hati. “Dari 500 suara jadi 500 ribu. Siapa yang tahu apa yang terjadi jika data tidak dijaga. Maka Lemsaneg melakukan penjagaan dari sisi teknologi,” kata lulusan Akademi Sandi Negara itu.

Untuk itu nantinya petugas Lemsaneg akan mengecek sejumlah lokasi yang akan menjadi Tempat Pemungutan Suara terkait jaringan infrastruktur mereka. “Soal digital, ini sangat tergantung lokasi. Kami harus melihat kondisi TPS apakah memungkinkan atau tidak bagi kami melakukan kegiatan jaringan IT. Mudah-mudahan semua memungkinkan,” kata Djoko.

Lemsaneg membantah Dewan Perwakilan Rakyat tak mengetahui kerja sama antara mereka dan KPU. “Sudah jelas DPR mengontrol kami. Komisi I DPR itu mitra kami. Apapun yang kami kerjakan, kami laporkan dulu ke DPR. Kerja sama dengan KPU ini juga sudah dilaporkan ke Komisi I. Anggota DPR yang tidak tahu, artinya tidak hadir waktu kami rapat dengan Komisi I,” ujar Djoko.

Ia menjamin Lemsaneg tak akan mengubah data perolehan suara. “Kan ada saksi di tiap TPS. Kalau data berubah sampai ke KPU, sangat tinggi risikonya bagi lembaga. Kami mengawal pemilu dengan bismillah,” ujar Djoko yang pernah ditugaskan di Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri RI itu.

Dalam mengamankan data pemilu, Lemsaneg juga bergandengan tangan dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan ahli-ahli Teknologi Informasi dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
“Akan kami jaga supaya data dari TPS ke KPU tidak diubah-ubah dan tidak diganggu hacker, serta tidak dirusak dan dimanipulasi cracker, sehingga suara bisa utuh 100 persen,” kata Djoko.

Lemsaneg menjamin dengan proteksi yang mereka berikan, tak bakal ada satupun pihak yang mampu menerobos dan membuka data pemilu dalam perjalanannya menuju server KPU.
Lemsaneg bekerja dengan mengubah data melalui analisis kriptografi. Artinya data diubah menjadi berbeda dengan aslinya menggunakan algoritma matematika tertentu. Dengan demikian, pihak-pihak yang tidak mengetahui kuncinya tidak akan dapat membongkar data tersebut.